Rangkuman Materi Belajar dan pembelajaran

 

Hakikat Belajar Dan Pembelajaran

Nama: Faiz Yunsar Asadduloh 
NIM:20836007
Kelas:2A-PTI

A. Pengertian

    Belajar dan pembelajaran merupakan dua elemen penting dalam proses pemberian ilmu. Keduanya begitu penting dalam menciptakan generasi yang unggul dan berkualitas, untuk itu di setiap pembelajaran harus menekan Psikomotorik adalah domain yang meliputi perilaku gerakan dan koordinasi jasmani, keterampilan motorik dan kemampuan fisik seseorang, lalu kognitif, yang mencakup ingatan atau pengenalan terhadap fakta-fakta tertentu, pola-pola prosedural, dan konsep-konsep yang memungkinkan berkembangnya kemampuan dan skill intelektual, yang terakhir afektif melalui aspek moral, yang ditunjukkan melalui perasaan, nilai, motivasi, dan sikap peserta didik.
a.    Pengertian belajar

      Belajar adalah suatu proses atau upaya yang dilakukan setiap individu untuk mendapatkan perubahan tingkah laku, baik dalam bentuk pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai positif sebagai suatu pengalaman dari berbagai materi yang telah dipelajari.

Belajar adalah suatu proses yang kompleks, sejalan dengan itu menurut Robert M. Gagne (1970) dalam Sagala 2013: 17 belajar merupakan kegiatan yang kompleks, dan hasil belajar berupa kapabilitas, timbulnya kapabilitas disebabkan: 
(1) stimulasi yang berasal dari lingkungan; dan (2) proses kognitif yang dilakukan oleh pelajar.

Setelah belajar orang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai. Dengan demikian dapat ditegaskan, belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sikap stimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi, dan menjadi kapabilitas baru. Dalam implementasinya, belajar adalah kegiatan individu memperoleh pengetahuan, perilaku dan keterampilan dengan cara mengolah bahan belajar.

b. Pengertian Pembelajaran

    Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.
Salah satu pengertian pembelajararan dikemukakan oleh Gagne (1977) yaitu pembelajaran adalah seperangkat peristiwa -peristiwa eksternal yang dirancang untuk mendukung beberapa proses belajar yang bersifat internal. Lebih lanjut, Gagne (1985) mengemukakan teorinya lebih lengkap dengan mengatakan bahwa pembelajaran dimaksudkan untuk menghasilkan belajar, situasi eksternal harus dirancang sedemikian rupa untuk mengaktifkan, mendukung, dan mempertahankan proses internal yang terdapat dalam setiap peristiwa belajar.



B. Hubungan Antara Fase Belajar Dan Acara Pembelajaran



C. Tipe Belajar

    Menurut Robert M. Gagne dalam Sagala 2013: mengemukakan delapan tipe belajar yang membentuk suatu hierarki dari paling sederhana sampai paling kompleks yakni:

1) Belajar tanda-tanda/isyarat  (Signal Learning);

   Belajar isyarat mirip dengan conditioned respons atau respon bersyarat. Seperti menutup mulut dengan telunjuk, isyarat mengambil sikap tidak bicara. Lambaian tangan, isyarat untuk datang mendekat. Menutup mulut dan lambaian tangan adalah isyarat, sedangkan diam dan datang adalah respons. Tipe belajar semacam ini dilakukan dengan merespons suatu isyarat. Jadi respons yang dilakukan itu bersifat umum, kabur dan emosional. Menurut Krimble (1961) bentuk belajar semacam ini biasanya bersifat tidak disadari, dalam arti respons diberikan secara tidak sadar.

2) Belajar hubungan stimulus-respons (Stimulus Response-Learning);

    Berbeda dengan belajar isyarat, respons bersifat umum, kabur dan emosional. Tipe belajar S – R, respons bersifat spesifik. 2 x 3 = 6 adalah bentuk suatu hubungan S-R. Mencium bau masakan sedap, keluar air liur, itupun ikatan S-R. Jadi belajar stimulus respons sama dengan teori asosiasi (S-R bond). Setiap respons dapat diperkuat dengan reinforcement. Hal ini berlaku pula pada tipe belajar stimulus respons.

3) Belajar menguasai rantai atau rangkaian hal (Chaining Learning);

   Merupakan suatu tipe belajar dimana tingkah laku berupa chain yang artinya saling merantai"Chaining". Sehingga teknik ini merupakan salah satu teknik dimana menghubungkan satu ikatan S-R ke ikatan yang lain, Kondisis ini berlangsung saat belajar dengan lain. Contoh dari hal ini ialah terdapat pada bahasa sehari-hari, seperti "bapak ibu", "Selamat datang", selamat tinggal", dan "Kampung halaman." Selain itu dalam tindakan kita juga bisa terjadi, saat pulang sekolah/kantor, kita langsung ganti baju, makan, mandi.

4) Belajar hubungan verbal atau asosiasi verbal (Verbal Association);

 Merupakan suatu tipe belajar dimana bagaimana seorang perserta didik dapat menghubungkan suatu kata dengan suatu obyek yang ada disekitar. Berupa benda, orang, maupun kejadian dengan sejumlah kata dalam urutan yang tepat. Contoh suatu bentuk yang diperlihatkan pada seorang anak bahwa bentuk geografisnya ialah kotak, maka anak itu langsung dapat mengatakan "bujursangkat", atau dia akan mengatakan "kotak itu milik saya" bila dilihatnya kerdus Sehingga hubungan ini terbentuk dengan lingkungan yang ada.

5) Belajar membedakan atau diskriminasi (Discrimination Learning);

  Merupakan sebuah tipe belajar yang membedakan satu dengan lainnya. Sehingga setiap pelajar akan menyeleksi dan menguji antara perangsa / sejumlah stimulus yang diterimanya, sehingga dirinya akan memilih respons yang tepat. Contoh yang sering terjadi pada kehidupan ialah seorang anak mulai mengenal berbagai merek mobil, walaupun hanya tampak mobil itu banyak.

6) Belajar konsep-konsep (Concept Learning);

       Sebuah konsep sederhana dimana peserta didik telah menempatkan beberapa obyek-obyek stimulus dan membuat suatu konsep belajar tertentu. Misalnya saat belajar pertama kali, kita belajar mengonsep suatu lingkaran dan menghubungkan antara stimulus-respon ke dalam konsep sehingga terdapat suatu pengertian. 

7) Belajar aturan atau hukum-hukum (Rule Learning)

     Rule Learning sendiri berarti belajar dengan membuat generalisasi, dalil, hukum, maupun kaidah-kadiah. Tingkatan ini sendiri peserta didik telah menggabungkan beberapa konsep yang sama maupun saling berkatian dalam bentuk suatu hukum, dalil, maupun kaidah yang tepat. Sehingga dalam proses ini diperlukan logika-logika formal(deduktif, induktif, sintesis, asosiasi, diferensiasi, komparasi, dan kausalitas). Contoh sederhana saja sebuah rumus perkalian misalnya, 6 x 2 = 2 x 6, sehingga terbentuk aturan dan hukum dalam matematika bahwa seorang matematikawan dengan dalil atau hukum komutatif. Hukum ini berarti a x b = b x a.

8) Belajar memecahkan masalah (Problem Solving).

    Problem Solving / Memecahkan masalah merupakan tingkatan teratas dalam suatu pembelajaran dengan merumuskan dan mengatasi sautu masalah. Upaya pemecahan masalah dilakukan dengan menghubungkan berbagai aturan yang relevan dengan masalah itu. Pada situasi problem solving ini, peserta didik diberi suatu tantangan dimaan dirinya menyadari akan masalah yang dihadapi. Dimana dapat menimbulkan suatu keraguan, kesulitan, maupun penuh akan kebimbangan akan adanya masalah yang dihadapi, sehingga mereka merumuskan, mencari tahu, mencari solusi, dan berusaha memecahkan masalah yang ada. Contoh dalah kehidupan sekolah ialah matematika, Matematika sendiri penuh akan dalil, hukum, dan pemecahan suatu permasalahan.

D. Ciri-ciri Umum Pendidikan, Belajar, dan Perkembangan

      Ciri khas belajar adalah perubahan, yaitu belajar menghasilkan perubahan perilaku dalam diri peserta didik. Belajar menghasilkan perubahan perilaku yang secara relatif tetap dalam berpikir, merasa, dan melakukan pada dari peserta didik. Perubahan tersebut terjadi sebagai hasil latihan, pengalaman, dan pengembangan yang hasilnya tidak dapat diamati secara langsung.



E. Tujuan 

a.    Tujuan Belajar

  1. Belajar bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri antara lain tingkah laku 
  2. Belajar bertujuan mengubah kebiasaan, dari yang buruk menjadi baik.
  3. Belajar bertujuan untuk mengubah sikap dari negatif menjadi positif, tidak hormat menjadi hormat, benci menjadi sayang, dan sebagainya. Misalnya seorang remaja yang tadinya selalu bersikap menentang orang tuanya dapat diubah menjadi lebih hormat dan patuh pada orangtua.
  4. Belajar bertujuan untuk meningkatkan keterampilan atau kecakapan. Misalnya dalam hal olahraga, kesenian, jasa, tehnik, pertanian, perikanan, pelayaran, dan sebagainya. Seorang yang terampil main bulu tangkis, bola, tinju, maupun cabang olahraga lainnya sebagian besar ditentukan oleh ketekunan belajar dan latihan yang sungguh-sungguh. Demikian pula halnya dengan keterampilan bermain gitar, piano, menari, melukis, bertukang, membuat barang-barang kerajinan, semua perlu usaha dengan belajar yang serius, rajin dan tekun.
  5. 5.Belajar bertujuan untuk menambah pengetahuan dalam berbagai bidang ilmu. Misalnya seorang anak yang awalnya tidak bisa membaca, menulis, dan berhitung, menjadi bisa karena belajar

b.   Tujuan Pembelajaran

   Tujuan pembelajaran (instructional objective) adalah perilaku hasil belajar yang diharapkan terjadi, dimiliki, atau dikuasai oleh peserta didik setelah mengikuti kegiatan pembelajaran tertentu. Hal ini didasarkan berbagai pendapat tentang makna tujuan pembelajaran atau tujuan instruksional.

       Magner (1962) mendefinisikan tujuan  pembelajaran sebagai tujuan perilaku yang hendak dicapai atau yang dapat dikerjakan oleh  peserta didik sesuaikompetensi. Sedangkan  Dejnozka dan Kavel (1981) mendefinisikan tujuan pembelajaran adalah suatu pernyataan spefisik  yang dinyatakan dalam bentuk perilaku yang diwujudkan dalam bentuk tulisan  yangmenggambarkan hasil belajar yang diharapkan.

       Pengertian lain menyebutkan bahwa, tujuan pembelajaran adalah pernyataan mengenai keterampilan atau konsep yang diharapkan dapat dikuasai oleh peserta didik pada akhir priode pembelajaran (Slavin, 1994). Tujuan pembelajaran merupakan arah yang hendak dituju dari rangkaian aktivitas yang dilakukan dalam proses pembelajaran. Tujuan pembelajaran dirumuskan dalam bentuk perilaku kompetensi spesifik, aktual, dan terukur sesuai yang diharapkan terjadi, dimiliki, atau dikuasai siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran tertentu.

F. Prinsip-prinsip Belajar

1) proses penggabungan ide atau pengalaman baru terhadap pola ide-ide yang telah lalu yang telah dimiliki;

2) Organizer, yaitu ide baru yang telah dicoba digabungkan dengan pola ide-ide lama di atas, dicoba diintegrasikan sehingga menjadi suatu kesatuan pengalaman. Dengan prinsip ini dimaksudkan agar pengalaman yang diperoleh itu bukan sederetan pengalaman yang satu dengan yang lainnya terlepas dan hilang kembali;

3) Progressive differentiation, yaitu bahwa dalam belajar suatu keseluruhan secara umum harus terlebih dahulu muncul sebelum sampai kepada suatu bagian yang lebih spesifik;

4) Concolidation, yaitu sesuatu pelajaran harus terlebih dahulu dikuasai sebelum sampai ke pelajaran berikutnya, jika pelajaran tersebut menjadi dasar atau prasyarat untuk pelajaran berikutnya;

5) Integrative reconciliation, yaitu ide atau pelajaran baru yang dipelajari itu harus dihubungkan dengan ide-ide atau pelajaran yang telah dipelajari terdahulu. Prinsip ini hampir sama dengan prinsip sumsumption, hanya dalam prinsip integrative reconciliation menyangkut pelajaran yang lebih luas, umpamanya antara unit pelajaran yang satu dengan yang lainnya.


G. faktor yang mempengaruhi proses belajar 

a. faktor internal 
minat, motivasi, perhatian belajar dan kesiapan belajar 

b. faktor eksternal
metode guru mengajar, ruang kelas (fasilitas), dan teman bergaul.

H. Peran guru

   Guru adalah komponen yang sangat menentukan dalam implementasi suatu strategi pembelajaran. Tanpa guru sabagus apapun strategi atau seideal apapu strategi, ini tidak akan terwujud tanpa adanya guru yang berperan didalamnya

a) Guru sebagai Pendidik
        Guru sebagai seorang pendidik tidak hanya tahu tentang materi yang akan diajarkan. Akan tetapi, ia pun harus memiliki kepribadian yang kuat yang menjadikannya sebagai panutan bagi para siswanya.

b) Guru sebagai Pengajar
        Peran guru sebagai pengajar, kadang diartikan sebagai menyampaikan materi pelajaran kepada siswa. Dalam posisi ini, guru aktif menempatkan dirinya sebagai pelaku imposisi yaitu menuangkan materi ajar kepada siswa.

Menurut Ahmad (2016, h. 33) peran dan fungsi guru adalah Sebagai pendidik dan pengajar, sebagai anggota masyarakat, sebagai pemimpin, sebagai administrator, dan sebagai pengelola pembelajaran.

I. Komponen – komponen dalam Pembelajaran

    Dalam peningkatan kualitas pembelajaran harus memperhatikan komponen – komponen yang mempengaruhi proses pembelajaran.

1. Tujuan pembelajaran
2. Guru
3. Peserta didik/Siswa
4. Bahan/Materi Pelajaran
5. Metode Pembelajaran
6. Media Pembelajaran
7. Evaluasi

Komentar